Korea Selatan (Korsel) akan segera meluncurkan proyek percontohan untuk menggunakan teknologi Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI), pengenalan wajah (face recognition) serta ribuan kamera CCTV dalam melacak pergerakan warga yang terinfeksi virus corona (Covid 19). Meskipun ada kekhawatiran tentang potensi pelanggaran privasi bagi warganya. Seorang pejabat di kota Bucheon mengatakan bahwa proyek ini akan dimulai pada Januari tahun mendatang.
"Proyek yang didanai secara nasional di Bucheon, salah satu kota terpadat di pinggiran Seoul, akan mulai beroperasi pada Januari 2022," kata pejabat tersebut. Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (13/12/2021), sistem ini menggunakan algoritme AI dan teknologi face recognition untuk tidak hanya menganalisis rekaman yang dikumpulkan oleh lebih dari 10.820 kamera CCTV. Namun juga melacak pergerakan orang yang terinfeksi, siapapun yang melakukan kontak erat dan apakah mereka mengenakan masker.
Hal ini menurut rencana bisnis dari kota itu yang diserahkan ke Kementerian Sains dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) Korsel. Perlu diketahui, pemerintah di seluruh dunia telah beralih menggunakan teknologi baru dan memperluas kekuatan hukum untuk mencoba membendung gelombang infeksi Covid 19. Menurut laporan Maret yang dilakukan oleh Columbia Law School di New York, Amerika Serikat (AS), negara seperti China, Rusia, India, Polandia dan Jepang serta beberapa negara bagian di AS termasuk diantara pemerintah yang telah meluncurkan atau setidaknya bereksperimen dengan sistem face recognition untuk melacak pasien Covid 19.
Pejabat Bucheon itu menambahkan bahwa sistem tersebut harus mengurangi ketegangan pada tim pelacak yang terlalu banyak bekerja di kota dengan populasi lebih dari 800.000 orang, dan mendorong penggunaan tenaga tim medis secara lebih efisien dan akurat. Korsel telah memiliki sistem pelacakan kontak berteknologi tinggi yang secara agresif mengumpulkan catatan kartu kredit, data lokasi ponsel dan rekaman CCTV, diantara informasi pribadi lainnya. Sebelumnya, dalam penawaran pendanaan nasional untuk proyek percontohan inipada akhir 2020, Wali Kota Bucheon Jang Deog cheon berpendapat bahwa sistem seperti itu akan membuat penelusuran bisa dilakukan lebih cepat.
"Terkadang dibutuhkan waktu berjam jam untuk menganalisis satu rekaman CCTV. Menggunakan teknologi pengenalan visual akan memungkinkan analisis itu dilakukan dalam sekejap," kata Deog cheon dalam akun Twitternya. Sistem ini juga dirancang untuk mengatasi fakta bahwa selama ini tim pelacakan sangat bergantung pada kesaksian pasien Covid 19, yang tidak selalu jujur tentang aktivitas dan keberadaan mereka. Kementerian Sains dan ICT mengatakan bahwa negara itu saat ini tidak memiliki rencana untuk memperluas proyek tersebut ke tingkat nasional.
Tujuan dari sistem ini disebut hanya untuk mendigitalisasikan beberapa pekerjaan manual yang seharusnya dilakukan oleh tim pelacak kontak. Sistem Bucheon dapat secara bersamaan melacak hingga 10 orang dalam 5 hingga 10 menit, memangkas waktu untuk pekerjaan manual yang biasanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam hingga satu jam untuk melacak satu orang. "Rencana percontohan ini memanggil tim yang terdiri dari sekitar 10 staf di satu pusat layanan kesehatan masyarakat untuk menggunakan sistem face recognition bertenaga AI ini. Bucheon telah menerima 1,6 miliar won atau setara 1,36 juta dolar AS dari Kementerian Sains dan ICT, lalu menyuntikkan 500 juta won dari anggaran kota ke dalam proyek ini untuk membangun sistem," pungkas pejabat itu.